Sesampainya dirumah kamipun masih sempat membahas ketololan kami tadi tentang rumah hantu yang mengesankan itu sambil cekakak-cekikikan. Sesudah puas menertawakan kebodohan sendiri, kamipun menonton siaran tipi sejenak dan malanjutkan main Winning Eleven di PS2.
Gue dari dulu selalu merasa kalo gue yang paling hebat dalam winning eleven ini, gak ada yang bisa ngalahin gue dalm permainan ini. Alasannya karena gue memang dari masih bayi dulu, waktu pertama kali baru numbuh gigi langsung dikasih makan kaset Ps Winning Eleven, lagian “Winning Eleven” adalah nama tengah gue. Jelas aja pertama dalam permainan ini gue yang paling ribut dengan tujuan untuk menjatuhkan mental lawan-lawan gue.
Gue dari awal sebelum main udah menghayal sambil senyum-senyum mesum sendiri. Gue menghayal kalo tiga ekor curut-curut berwujut siluman manusia purba ini pasti bakal secara tragis gue taklukin, terus mereka bakal nangis-nagis minta ampun, tobat nasuha gak mau ngelawan gue lagi, dan
mereka sujud di depan kaki gue.
Karena gue orangnya suka menindas orang yang lemah dan tak berdaya, pastinya gue gak bakal mengampuni mereka, gue bakal nindas mereka kayak penjajah, gue bakal memperbudak mereka semua untuk dijadiin dayang-dayang tukang ngipasin gue pakek kipas raksasa dari bulu onta (yang kayak di pilem-pilem kerajaan yunani itu lho), terus kostum wajib mereka adalah pakaian atasnya laptop (tank top kalee...) dan bawahannya pakek boxer dari kulit jerapah. *jahat banget ya gue?*
mereka sujud di depan kaki gue.
Karena gue orangnya suka menindas orang yang lemah dan tak berdaya, pastinya gue gak bakal mengampuni mereka, gue bakal nindas mereka kayak penjajah, gue bakal memperbudak mereka semua untuk dijadiin dayang-dayang tukang ngipasin gue pakek kipas raksasa dari bulu onta (yang kayak di pilem-pilem kerajaan yunani itu lho), terus kostum wajib mereka adalah pakaian atasnya laptop (tank top kalee...) dan bawahannya pakek boxer dari kulit jerapah. *jahat banget ya gue?*
Gue sendiri milih club Arsenal, karena seragamnya warna merah putih. Bukan... bukan karena gue berjiwa patriotisme tinggi terhadap tanah air sendiri, tapi menurut gue warnanya lucu, enak dilihat. *sungguh teori cara memilih yang bodoh*
si Rudy milih club Chelsea, si Erwin dengan Ac.Milan, kalo Uda dengan Barcelonanya.
Ini bakalan menjadi sebuah pertandingan penting yang tak terlupakan, ini menyangkut harga diri bangsa, dan pasti suatu saat nanti pertandigan ini menjadi sebuah topik pembelajaran di buku Sejarah anak SMP. Kemudian, yang pertama bertanding adalah gue melawan Rudy. Belum lagi pertandingan dimulai, seperti biasa mulut gue udah ngerocos dulua buat ngejatuhin mental si Rudy.
“Lo udah berdoa belom?” *gue belagak sok keren, agak nyepelein dia*
“Doa ?” *Rudy bingung*
“Iya...Doa biar menang ngelawan gue....hahhahaha”*ketawa setan*
“hehehe...”*Rudy senyum sambil ketawa garing*
Kayaknya dia memang gak begitu peduli dengan bacot gue itu.
Dan...Kick off babak pertamapun dimulai
“Bersiaplah untuk menelan pahitnya kekalahan” *gue semangat untuk mengalahkan Rudy*
Terjadi pertempuran hebat diantara kami berdua yang sama hebatnya, hampir setengah pertandingan kedudukan masih tetap imbang 0 - 0, tapi disaat sisa waktu babak pertama kurang dari 10 menit lagi berakhir, bencana alam dahsyat melanda gue. “Gooooollllllllllll!!!!!!!!!!” mereka semua serentak nertawain gue, gawang gue kebobolan, sentak langsung gue shock , gue diam seribu bahasa, mental gue jatuh seketika, nyamuk mati di sengat pakek reket nyamuk (Iya memang gak nyambung). Gue tetep bergaya sok cool, gue gak mau dipermalukan kayak gini.
“itu tadi gue Cuma ngasih angin aja sama si Rudy, biar jaga langganan” *gue agak menyombong*
Padahal didalam hati, “mampus dah, semua anak SMP dimasa depa nanti bakal nertawain almarhum gue”.
Apa mungkin gelar Si Raja maen Ps gue yang tak terkalahkan bakal terhenti sampai disini?, gue bakal jadi buah bibir setiap orang di Indonesia, gue bakal jadi bahan gosip terpanas di CHECK & RICECK, mengalahkankan gosip skandal perselingkuhan Olga syahputra dengan Ahmad Dhani (emang ada gitu ya?)”.
Kali ini Rudy gantian yang ngoceh atas kemenangannya ngejatuhin gue, tampak di wajahnya berseri-seri bahagia, dan akhirnya babak pertamapun berakhir.
Di babak ke dua ini gue agak merubah sedikit formasi untuk membalas kekalahan dibabak pertama tadi. Namun tetap aja sia-sia, yang ada pertahan gue di gempur habis-habisan, Rudy semakin menjadi-jadi dengan biadab membantai gue, kayaknya dia pengen banget melihat gue menderita dan mati mengenaskan.
Gue yang didera nestapa marabahaya menderita koma (ntah apa?) hampir frustasi dan menyerah, gue merasa kalo memang udah selayaknya gue melepas gelar yang selama ini gue pegang, gue harus kuat untuk menghadapi wartawan-wartawan gosip nanti yang akan mengekspose gue disaat jumpa pers. Gue juga udah nyiapin beberapa jawaban biar gak kelihatan malu kalo misalnya diintrogasi oleh para wartawa, misalnya wartawannya nanya ke gue, “Pak Gema, kenapa anda bisa kalah melawan Rudy?, apakah anda rela melepas gelar yang selama ini anda pegang?”.
Jawaban gue:
Jawaban gue:
1.
“Ya... mungkin udah seharusnya memang gelar ini saya wariskan kepada orang yang lebih muda, mengingat usia saya yang udah senja dan sering sakit-sakitan, lagian nak Rudy ini memang berbakat, jadi saya tidak salah memberikan gelar saya kepadanya”
“Ya... mungkin udah seharusnya memang gelar ini saya wariskan kepada orang yang lebih muda, mengingat usia saya yang udah senja dan sering sakit-sakitan, lagian nak Rudy ini memang berbakat, jadi saya tidak salah memberikan gelar saya kepadanya”
2.
“Saya sudah letih menyandang gelar ini, saya sudah bosan hidup terkenal, setiap harinya saya mau kemana-mana selalu saja ada paparazi yang motret-motret saya, itu membuat saya risih,sekarang saya ingin menjadi orang biasa saja tapi punya banyak uang,ahahahha”
“Saya sudah letih menyandang gelar ini, saya sudah bosan hidup terkenal, setiap harinya saya mau kemana-mana selalu saja ada paparazi yang motret-motret saya, itu membuat saya risih,sekarang saya ingin menjadi orang biasa saja tapi punya banyak uang,ahahahha”
Namun ternyata jin penunggu PS berkata lain, disaat gue berada di dalam dilema besar akhirnya keberuntungan sekarang berada dipihak gue. Karena udah keasikan menyerang, pertahanan Rudy melemah, kesempatan emas ini gue manfaatin semaksimal mungkin, dengan gak sengaja gawang tim Rudy akhirnya TERbobol sama pemain gue. Mungkin inilah yang dinamakan faktor nasib.
“Goooollllll!!!!!!!!...Makan itu, Bitch !, hahahaha” *gue teriak kegirangan sambil nungging, mirip kayak tante-tante girang yang baru dapet mangsa brownies ganteng dipinggir jalan yang postur badannya tinggi kekar, perut sixpack, yang punya titit segede botol Kecap.
Uda & Erwin jugak ketawa geli ngelihat atraksi binal gue itu, tapi Rudy wajahnya terlihat tanpa ekspresi, seakan-akan di dalam otaknya memikirkan strategi balas dendam untuk membunuh gue hidup-hidup (ya iyalah, mana ada yang membunuh mati-mati).
Pertandinganpun kembali dilanjutkan, Rudy tampak serius melanjutkan pertandingan, dia kayaknya memang sangat berambisi untuk ngalahin gue, gue jugak gak mau kalah, mau tarok dimana muka gue yang tampan ini kalo gue kalah?
Pertandingan yang mempertaruhkan harekat dan martabak (kayak makanan aja) ini terus berlanjut sampai pada saat hampir injury time, sekarang giliran gue yang beruntun menyerang, dan dari luar kotak pinalti salah satu pemain gue menendang bola dengan biadab kearah gawang, namun masih dapat dengan mudah dihalau oleh kiper lawan, tapi bola muntahannya jatuh kekaki pemain gue, langsung aja tanpa banyak otak-atik kembali di suting ke arah gawang, masih tetep aja gak berhasil sampek beberapa kali gitu-gitu terus bertubi-tubi, anus gue jugak ikutan kembang kuncup geregetan, gawangnya gak bisa jugak di tembus, dan akhirnya pas injury time, Gol yang dinanti-nantikanpun terjadi, dan sesaat kemudian,
“PRIITT... PRIITT...PRIIIITTTTTTTTT...” *wasit di dalam Tv meniup peluit panjang akhir pertandingan* skor akhir 2 – 1 kemenangan untuk Arsenal.
“ahaahahahhaa...mampus kau capung toilet, kecoak gurun!” *Gue teriak sambil guling-guling kesenangan kayak tapir bunting kesurupan menghina Rudy yang emang udah terhina.
Gue yang baru aja merasakan nikmatnya kemenangan dari hasil pertandingan sengit itu gak berhenti ngolok-ngolok si Rudy, sungguh gak berperiketeman gue dengan binal menghina dia terus menerus, sampe-sampe dia Cuma bisa duduk diam, raut mukanya tampak galau setengah mampus.
Sekarang selanjutnya pertandingan ke dua Erwin VS Uda .
Gue gak terlalu nyimak pertandingan mereka berdua karena gue yang rasa iba-nya ini udah tertutupi oleh semen padang, hati gue udah busuk & berulat, masih tetap aja manas-manasin si Rudy yang semakin galau gak berdaya. Dan ternyata Erwinlah yang menang melawan uda.
Dan sekarang gue bertemu Erwin di final. Pertandingan ini bakalan menjadi pertandingan yang lebih menegangkan dari sebelumnya, gue gak boleh menyepelekan dia, mengingat Erwin adalah tuan rumah disini, udah pasti skillnya lebih hebat dari gue. Tapi gue tetep optimis bisa ngalahin dia, gue harus jadi penguasa Ps di dalam kerajaan kos-kosan ini.
Belom lagi apa-apa pertahanan gue udah digempur habis-habisan, gue berjuang keras menahan gempuran serangannya yang bertubi-tubi. Namun apalah daya baru kurang dari 10 menit gawang gue udah kebobolan, gol kembali terjadi, gue melempargue merasa gak berdaya melawan Erwin, ternyata dia memang jauh lebih hebat dari yang gue bayangkan. Tampak wajah Erwin tersenyum seperti menyembunyikan sesuatu, pasti dia berpikir kalo, "yahhh...ternyata anak biawak binal ini cuma menang bacot doang, gak ada apa-apanya".
Gue yang tertindas ini masih terus mencoba untuk membalas ketertinggalan, gue mencoba menyerang Erwin, namun sia-sia dia terlalu kuat untuk di takluki. Penguasaan bola-pun sudah berbanding 20%:80%, pertandingan tak seimbang lagi. Mungkin seharusnya gue dari awal udah mengalah aja secara tehormat, daripada diprmalukan kayak gini.
Erwin tetap terus menggempur gue.Gue udah gak berdaya lagi, mental gue udah lemah, gairah gue udah hilang, nyamuk yang mati tersengat reket tadipun gentayangan (lho?). Hujan gol pun terjadi di gawang gue, sampai akhir permainan gue kalah tipis 6 - 2. Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihat kekalahan gue, entah kenapa meraka begitu senang melihat gue tertinda, padahal gue gak pernah berbuat jahat kepada mereka, sebenarnya apa salah gue?. Kehormatan gue diinjek-injek dengan tragis.
Mereka gak tau perasaan gue gimana, gue hancur, gue udah kehilangan arah tujuan hidup, hidup gue udah gak ada gunanya lagi, kalo aja pas waktu itu gue lagi sesak pipis, gue kencingin tuh mulut mahluk-mahluk biadap tak berperiketemanan yang lagi mangap yang sambil ketawa kayak pocong kesurupan. Tapi niat itu gue urungin, bukan karena gue gak tegaan, tapi karena gue takut ntar dikroyok ama mreka, gue satu lawan satu sama adek gue aja takut *ya iya lah... takut di usir dari rumah sama ortu* , hahahaha
Karena udah kalah dengan tragis, dan udah gak sanggup lagi menghadapi cobaan yang mahadahsyat ini, gue langsung bantai tidur dengan biadab, gak peduli mereka mo bilang apa, apapun yang mereka lakuin gue mesti buru-buru tidur, biar gak di hina berkelanjutan.
Pesan Moral: Kalo lo lagi di permalukan sama temen-temen lo, jangan sungkan-sungkan untuk kencingi mulut mereka agar tidak mendapatkan hinaan yang berkelanjutan.
(BERDASARKAN KISAH NYATA SI BIAWAK YANG AGAK TERPELESET)
0 komentar:
Posting Komentar